• Home
  • SMS Cinta
  • Kata Mutiara Cinta
  • Puisi Persahabatan
  • Kata Motivasi
  • Puisi Cinta
  • Kata Lucu
  • Pantun Lucu
  • Animasi Lucu
  • Humor Lucu
  • Pantun Jenaka

Kumpulan Cerpen Indonesia Terbaru 2017

Kumpulan Cerpen Indonesia Terbaru  2017
  • Kirim Cerpen
  • Cerpen
  • Puisi
  • Kata Mutiara
  • Naskah Drama
  • Cerita Rakyat
  • Cerita Lucu
  • Kata Bijak
  • Teks Pidato
  • Gambar Lucu
  • Kata Galau
Home » Kumpulan Cerpen » Cerpen Biarkan Anakku Menjadi Karna atau Musa Karya Tjahjono Widijanto

Cerpen Biarkan Anakku Menjadi Karna atau Musa Karya Tjahjono Widijanto

Biarkan Anakku Menjadi Karna atau Musa
Karya Tjahjono Widijanto

Semenjak kelahiran anak kembarnya, perempuan itu tak pernah dapat tidur dengan nyenyak. Laki-laki dan perempuan, dampit! kata orang. Sebuah kelahiran yang langka. Di desanya memang ada juga yang melahirkan bayi kembar. Tapi semuanya laki-laki atau semua perempuan. Sedangkan bayinya laki dan perempuan. Yang lahir duluan laki-laki, selang tujuh menit kemudian baru yang perempuan. Kata orang-orang tua bayi kembar yang lahir duluan justru yang muda karena yang tua keluar belakangan mengiringi adiknya.

Ia tak begitu peduli siapa yang lebih tua dari keduanya. Yang jelas kelahiran itu membuat jiwanya berubah drastis. Tak lagi dirasakan sempit rumah gedeknya, juga air hujan yang menetes persis di samping dipan tempatnya tidur dan di pojok-pojok dinding kamar. Tubuhnya ringan, wajahnya sumringah, tak ada sisa sakit sedikit pun. Rasa nyeri dan pegal-pegal saat mengejan mengeluarkan dua orok itu dari rahimnya hilang begitu saja.

"Wahyu ini akhirnya datang juga," bisiknya sambil mengelus dua bayi kembar itu. Ia ingat betul bagaimana melewati masa-masa nyidam dulu. Semenjak kandungan perutnya berusia dua bulan tak pernah sekalipun perutnya mual dan muntah-muntah. Tak juga diingininya buah mangga atau rujak yang asam seperti biasa dialami perempuan hamil. Tak juga merasa pusing-pusing atau lesu. Hanya ia menjadi sangat gemar berjalan-jalan. Bukan berjalan-jalan di sawah atau di jalan-jalan desanya, tapi di sungai. Ia betah duduk berjam-jam di pinggir sungai. Memandangi warna sungai yang kini kecoklatan tak lagi jernih sepeti masa kecilnya dulu. Diperhatikan pula riak-riak sungai sambil berpikir tentang makhluk dan benda-benda di dalamnya. Mengusap-usap pasir dan tanah pinggir sungai dengan lembut sambil membayangkan masa kecil bersama kawan-kawannya membuat rumah-rumahan atau betengan ketika air sungai surut.

Hampir tiap malam ia bermimpi. Bapaknya yang sudah lama mati menanggap wayang untuk menyambut kelahiran bayi yang dikandungnya dengan lakon Karna Lahir. Tokoh yang menjadi idolanya sejak kecil. Satriya tampan putra matahari dengan wajah bersinar, prajurit pilih tanding sakti luar biasa. Putra yang disusui air sungai, dibesarkan arus dan lumut-lumut serta berkawan batu sungai hitam diam perkasa. Mimpi itu diselingi dengan mimpi yang lain. Bapaknya datang dan mendongengi dia tentang bayi Musa yang dihanyutkan dalam sungai kemudian menjadi nabi bersenjata tongkat, pahlawan pembelah laut yang menenggelamkan seorang raja yang lalim.

Ia benar-benar merasa bahagia dengan mimpi itu. Itu pasti wangsit, demikian pikirnya. Ada kebanggaaan yang diam-diam menggunung dalam dadanya. Ia merasa menjadi perempuan pilihan yang rahimnya dititipi Tuhan bayi yang kelak menjadi orang yang terpilih, seperti Kunti yang dititipi Karna, atau Maria yang dititipi Isa. Satu dari sekian juta perempuan di seluruh jagat.

Kebanggaan itu membuatnya lupa pada pandangan sinis tetangga-tetangga yang mencibir dan menggunjing tentang bapak dari bayi itu. Juga membuatnya melupakan laki-laki dengan alis tebal dan mata sedikit juling yang kali terakhir merayu lalu menidurinya. Keinginannya untuk mencari laki-laki itu amblas begitu saja ketika memandang bayi dampitnya. Tapi ia tak menyesalinya. Lelaki memang ditakdirkan untuk menjadi pengecut! Pikirnya dalam hati.

Sebenarnya ia sedikit bingung. Kenapa wahyu bayi itu tidak satu tapi dua dan satunya perempuan? Bukankah Karna, Musa, atau Isa, semua tokoh-tokoh itu laki-laki? Tapi mengapa pasangan bayinya perempuan? Kenapa dua-duanya tidak laki-laki? Ia berpikir keras. Tiba-tiba ia teringat Srikandi, tokoh ksatriya wanita titisan Amba yang mampu mengalahkan Bisma, panglima besar Kurawa yang sakti mandraguna. Akankah kelak bayi perempuannya itu menjadi tokoh besar juga? Tapi mengapa dalam mimpi bapaknya hanya bercerita tentang Karna dan Musa? Bukan Srikandi, Sembadra, atau Dewi Durga, misalnya?

Bayi perempuannya itu diperhatikannya memang lebih lincah dan agresif dibanding saudara laki-lakinya. Lebih sering rewel, tidak bisa tenang, dan rakusnya bukan main. Kalau menyusu lidah kecilnya mengecap-ngecap dan menghisap amat kuat. Putingnya jadi sakit. Tidak cukup puting sebelah saja tapi berpindah-pindah puting kiri ke puting kanan berganti-ganti. Kalau melihat saudara laki-lakinya sedang menyusu ia menjerit keras-keras dan kakinya menyepak-nyepak saudara kembarnya itu. Ini membuat kesal karena ksatriya mudanya jadi ikut menjerit dan menangis. Kesalnya makin bertumpuk ketika menyadari alis, hidung dan bibir bayi perempuan itu mengingatkan pada alis, hidung dan bibir laki-laki yang sangat dikenalnya.

Pagi itu ia hanya mengangguk ketika seorang wanita menyambangi di pembaringan dan mengutarakan niatnya mengambil bayi perempuannya. Katanya ia punya tujuh anak yang semuanya laki-laki dan pingin punya anak perempuan satu saja. Ia jadi teringat kata orang-orang bahwa bayi dampit harus dipisah karena kelak mereka akan bertemu dan berjodoh sendiri. Cuma mengangguk pula ketika wanita itu pamit sambil menyelipkan sebuah amplop di balik bantalnya.

Ketika wanita itu sudah meninggalkan rumah, dielus-elusnya kepala bayi laki-lakinya dan tersenyum lebar, "Anakku, ternyata takdir telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Kini tinggal kau santriya mungilku. Karena memang harus hanya kau yang terpilih bukan yang lain. Juga tidak saudara kembarmu. Biarlah dia berjalan atas takdirnya sendiri. Siapa tahu kelak dia benar-benar jodohmu." Perempuan itu makin lebar senyumnya. Dibayangkannya betapa menakjubkan bila Karna menikah dengan Srikandi. Itu tentu tak pernah terbayangkan oleh dalang yang paling usil sekalipun.

Saat matahari tepat di puncak menerobos atap genting yang bolong-bolong perempuan itu bangkit dan berkemas. Dibungkusnya bayinya dengan sobekan kain sarung, satu-satunya peninggalan lelaki yang dulu pernah menidurinya. Ditimang-timang sebentar dan pada telinganya dibisikkannya sebuah kalimat pendek: "Anakku, tiba saatnya kau menjalani laku ini. Akulah Kunti yang menyerahkan nasibmu pada asuhan semesta…."

Tengah hari. Pertengahan bulan November. Sebuah stasiun tv swasta dalam acara tayangan kriminal menayangkan seorang perempuan di sebuah tempat di Jawa Tengah ditangkap karena membuang bayi yang baru dilahirkannya ke dalam sungai. Menurut penuturannya, bayi itu dibuang karena ia melarat dan tak punya penghasilan tetap, sedangkan laki-laki bapak dari bayi itu tak bertanggung jawab.

Ngawi, 2003/2004
Catatan: Tjahjono Widijanto adalah sastrawan asal Ngawi. Dia punya saudara kembar yang juga sastrawan bernama Tjahjono Widarmanto.
Share This To :
  • Facebook
  • Twitter
  • Google+
  • LinkedIn
  • Technorati

Artikel Terkait Dengan Cerpen Biarkan Anakku Menjadi Karna atau Musa Karya Tjahjono Widijanto

  • Cerpen Remaja Part 2 Update 2013 Cerpen Remaja 2013 - Dunia Remaja memang sangat menyenangkan karena dimana kita baru mengenal sebuah yang namanya cinta terhada ... Baca Selengkapnya >>
  • Cerpen Persahabatan Update April dan Mei 2012 Cerpen Persahabatan Update Maret, April  2012 - Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan sebuah kehadiran seseorang ... Baca Selengkapnya >>
  • Kumpulan Cerpen Romantis Terbaru Update 2017 Cerpen Romantis - Coba sebutkan, mana kah di antara cerpen sedih dan cerpen romantis, yang akan kalian pilih untuk menemani wak ... Baca Selengkapnya >>
  • Kumpulan Cerpen Cinta Update November 2013 Cerpen Cinta - Alhamdulillah Loker Seni telah aktif kembali untuk mempublikasikan Sebuah Karya Cerpen dari Sahabat sahabat yan ... Baca Selengkapnya >>
  • Cerpen Romantis Update Juli 2012 Cerpen Romantis Juli 2012 - Mungkin bagi setiap Manusia Romantisme memang dalam kehidupan sangat dibutuhkan karena dalam Romanti ... Baca Selengkapnya >>
Ditulis Oleh: Gyan Pramesty - Published at : June 21, 2011
Label: Kumpulan Cerpen
Newer Post Older Post Home

ARTIKEL TERBARU

  • Love Is Time Karya Wawan Agus K.
  • Cinta Dipenghujung Nafas Karya Dhafizha Nizza NurAzizah AmNi
  • 1 Sisi Mengenal Cinta (Part I) Karya Evangelina Ariani
  • Kuikhlashkan Kau Dengannya Karya Latifah
  • Membuat Perubahan Membutuhkan Kesabaran Karya Azha Azzuna
  • Pantulan Senja di Liuk Serayu part I Karya Harni Haryati
  • Tulus Cinta Mutiara Karya Dian Mutiara Ch
  • Sebucket Bunga Karya Maria Sandra
  • My Marriage My New Love Karya Annisak
  • Cerpen Cinta Karya Rika Santia Sunari
  • Pecundang Yang Dilupkan Karya Fidki Syaban
  • Mata Jiwa yang Ku Cintai Karya Wanita Penyair Desa
  • Ketika Takdir Memisahkan Kita Karya Nur Afnhy aripin
  • Kisah Cinta Stevani Shofikhatul Farikah Hazal
  • Sajadah Cinta Karya Desy
  • Penyesalan Ku Karya Ningrum
  • Hanya Sebatas Sahabat Karya Ani Maryani
  • A Strange Feeling from Bestfriend to Bestfriend Karya Helvi Mei Sari
  • Destiny of Love Coz Allah Karya Putri
  • Takut Terulang Kembali Karya Evelyn Nabilla Ramadani
DMCA Protection | TOS | Privacy Policy | Disclaimer | Author
Copyright 2012-2016. Hak Cipta Di Lindungi Undang-undang
Cerpen Biarkan Anakku Menjadi Karna atau Musa Karya Tjahjono Widijanto