DAVID DAN LINDA
Karya Ananda Syahendar
DKI Jakarta adalah salah satu kota terhebat internasional, kota sekaligus propinsi yang tersedia berbagai macam fasilitas. Dibalik kemegahan dari Jakarta terdapatlah sejumlah kemiskinan yang berada di wilayah kumuh kota itu, di situ ada seseorang yang bernama David Chong, dan dia adalah pria yang mandiri. Dia adalah seorang pria yang sangat malu atas dirinya sendiri, para saudaranya tahu sifat David yang tidak dapat menerima dirinya sendiri itu. Mata sipitnya itu sering melotot, dan sambil menggumam dia sering berkhayal bahwa itu bukanlah dirinya. Dia selalu bilang "Jadi orang kaya mungkin enak ya? Bukan pecundang seperti ini!" Dia juga selalu bilang "Kalau mau cari istri, carilah istri yang kaya agar hartanya nanti bisa kita kuras!"
David memang pria yang terlalu ambisius, itulah sebabnya dia menjadi seorang preman kampung, tujuannya apalagi kalau bukan mencari uang sebanyak mungkin? Baginya uang adalah segalanya. Menurutnya segala sesuatu itu haruslah tentang uang, dan menurutnya berada di lingkungan kumuh adalah hal yang memalukan. "Mungkin suatu saat merampok bank adalah alternatif yang baik!" Katanya para saudaranya sering berusaha mengingatkan agar dia tidak terlena akan uang.
Untungnya ada seorang gadis yang ditaksir oleh David yang sering mengingatkan akan hal buruk yang akan dilakukannya, gadis itu bernama Linda Hermawan. Dia sangat menikmati hubungannya dengan Linda. David sangat suka pada Linda, namun dia tidak dapat mengungkapkan isi hatinya. "Linda adalah seorang perempuan yang sangat tegar, sangat menawan dan sangat baik hati. Aku, suka padanya, bukan hanya karena dia cantik! Yah kecantikan alias gaya berdandannya membuatku suka tetapi ada yang lebih penting: Yaitu perhatiannya padaku, bukan karena kasihan atau terpaksa, tetapi dia melakukannya karena dia memang baik padaku." Katanya pada Edo Harmoko, kawan baiknya.
Edo dan David berteman sejak kecil, mereka berdua tidak peduli walaupun mereka berasal dari etnis yang berbeda, mereka merasa diri mereka warga DKI. "Kami adalah anak Jakarta apapun etnis kami!" Kata mereka.
"David kau harus bisa mengungkapkan perasaanmu pada Linda!" Ucap Edo sambil memakan permen lolipop kesukaannya, dia memang penggemar berat permen.
Edo mendukung seratus persen hubungan Linda dengan David dan menyebut bahwa hubungan mereka adalah hubungan terbaik yang pernah disaksikannya. Edo sering mengatur pertemuan antara David dan Linda, keduanya sangat malu setiap saat bertemu. "Mereka itu bagaikan dua anak kecil yang manis saat mereka bertemu, mereka sangat lugu!" Kata Edo pada Hamid Chun, salah seorang saudara dari David. Akan tetapi beberapa saudara dari David dan Linda tidak seperti Hamid yang mendukung hubungan mereka berdua, mereka menentang hubungan itu. Mereka selalu bilang bahwa pasangan beda etnis itu adalah aib. Mereka selalu berusaha menghalangi hubungan David dan Linda. Sementara David tidak peduli akan setiap perkataan dari para saudaranya itu, baginya hubungan antar etnis itu sudah merupakan hal yang wajar. Bagi David yang merasa sebagai warga DKI Jakarta, hubungan dengan Linda merupakan sebuah berkah. Pandangan ini berbeda dari pendapat dari para saudara yang masih merasa sebagai warga etnis mereka dan tidak terintergrasi ke warga Jakarta lain.
"Jangan khawatir David! Kami selalu mendukung hubunganmu dengan siapapun yang berbeda etnis! Berbeda etnis bukanlah sebuah masalah karena seseorang tidaklah dilihat dari etnis apa dia berasal tetapi dari bagaimana perilakunya!" Kata Chong Fang Hung atau Ahung, ayah dari David. Dia menambahkan "Etnis yang berbeda kok masih menjadi masalah? Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal! Sejak dulu kita sebagai bangsa Indonesia telah dipersatukan oleh para pendiri bangsa kita dari setiap Suku, Agama , Ras dan Golongan atau yang biasa disebut sebagai SARA, nah ini kok sudah lama merdeka masih saja mempermasalahkan SARA!"
 |
David dan Linda Karya Ananda Syahendar |
Masalah mulai terjadi saat Lower Chen, sepupu dari David mulai mencari perkara! Dia mendatangi rumah Linda, dan berusaha menemui Linda, tetapi saat itu Linda tidak ada di tempat. Lower Chen atau yang biasa dipanggil sebagai "L" ini malah bertemu ayah dari Linda, Edeung Hermawan. Dia kemudian menampar wajah dari Edeung dan memukulinya.
"Jauhi David! Jangan berani anakmu berhubungan lagi dengan David! Kalau kau masih tidak menurutinya sesuatu yang buruk kujamin akan terjadi pada Linda!" kata L dengan muka melotot.
"Sepupumu, L menyerang pak Hermawan!" Kata Edo pada David "Ini semua salahku karena aku masalah jadi runyam begini!"
"Kau bilang apa? Ini salahmu? Kau tidak melakukan hal yang salah! Kau hanya mencoba untuk membaur dan mereka melarangmu! Merekalah yang salah!" Edo dengan sangat berang menerangkan, David agak terkejut.
"Tapi mereka telah melarangku berhubungan dengan Linda dan Linda serta aku bahkan tidak tahu apa status hubungan kami!"
"Tidak kau tidak salah!"
"Tapi aku dan Linda bahkan tidak tahu sebenarnya kami ini apa? Teman atau bukan pun kami tidak tahu!"
"Justru itu bagus aku suka melihatmu seperti itu!"
"Katakan itu pada para saudaraku, mereka tidak setu-" Belum sempat David melanjutkan perkataannya, Edo menggerakan tangan ke atas, isyarat dia tidak mau mendengar kelanjutannya lagi.
"Saudaramu menyerang pak Hermawan!" Ucap Edo pada Hamid.
"Wah sangat kacau itu! Aku akan bicara padanya!" Ucap Hamid setengah marah, dia langsung bergegas pergi. Hamid menemui L dan mengatakan " Apa yang kau lakukan? Kau menyerang pak Hermawan? Kau gila?! Kau mempermalukan keluarga kita! Keluarga kita tidak ada yang pernah menyerang orang lain! Hanya penjahatlah yang menyerang orang lain!"
"Apa? Mempemalukan keluarga? Justru aku mempertahankan nilai tradisi luhur kita sebagai orang Tionghoa! Kaulah yang memalukan!" Balas L dengan nada marah.
Mereka berdua lalu beradu argumen cukup lama, hingga L mulai memukul Hamid, lalu Hamid balas memukul L. Maka terjadilah perkelahian sengit antara kedua saudara itu yang berakhir dengan keduanya babak belur. "Kau tidak tahu apa itu toleransi? Toleransi bukanlah hal yang sulit, hanya saja kalian tidak mau melakukannya!"
"Kau dan para saudara yang lain merasa menjalankan tradisi! Tapi tradisi dalam setiap adat tidak pernah mengajarkan seorang untuk membenci orang lainnya dari tradisi yang lainnya!"
"Dari caramu menyebutkan bahwa kita orang Tionghoa membuatku tahu bahwa kau tidak mengerti perbedaan antara etnis dan warga, etnis kita memang Tionghoa tapi kita warga Jakarta, jangan kau sebut dirimu orang Tionghoa, karena orang Tionghoa adanya di Tiongkok! Tapi sebutlah dirimu orang Jakarta keturunan Tionghoa!"
"Begitukah?" Hamid lalu mengangguk. "Kalau kita masih terus mempersoalkan perbedaan SARA lalu kapan kita akan menjadi bangsa yang besar?" Hamid lalu berhenti, wajah L terlihat terkejut, dia kemudian terlihat sangat menyesal sekali dan kemudian terlihat mengerti. "Kurasa apa yang kau lakukan itu tidak seharusnya kau lakukan!"
"Kau harus menjelaskan persoalan ini pada keluarga kita yang lain, dan juga pak Hermawan!"
"Bagaimana cara menjelaskannya? Aku sudah melakukan kesalahan yang sangat besar pada pak Hermawan!" Kata L dengan wajah sedih dan bingung.
"Jelaskanlah yang sebenarnya." jawab Hamid santai "Dengan mengungkapkan yang sebenarnya kau akan dapat diterima olehnya!"
"TIDAK AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KARENA TELAH MEMUKULIKU!"
Kata Pak Hermawan pada L.
"KAU TAHU BETAPA SAKITNYA DIRIKU INI?!"
L yang berusaha meminta maaf pada pak Hermawan lalu terdiam sebentar, lalu mengatakan "Sungguh pak maafkan saya!"
"TIDAK BISA!!!" kata pak Hermawan dengan membentak. Lalu Linda muncul entah darimana, melihat ke arah L sebentar kemudian tersenyum, lalu dengan wajah ramah mengatakan pada ayahnya "Maafkanlah dia ayah!"
"Dia hanya khilaf, ayah semua orang bisa khilaf, ayah pun bisa, akupun bisa!" katanya dengan ramah, melihat sikap Linda, ayahnya melunak dan memaafkan L. Melihat sikap Linda L jadi malu karena etnis yang dia anggap sampah, ternyata gadis dari etnis itu bersikap sangat bijaksana. "Apa yang telah kulakukan?" sesal L.
Lalu L menceritakan semuanya pada para saudara, begitupula dengan pak Hermawan yang berusaha meyakinkan para saudara dari Linda, agar mereka tidak terus menerus mempermasalahkan SARA. Hasilnya sebagian saudara kedua belah pihak menyetujui hubungan Linda-David, meskipun sebagian lagi menolak, tetapi hubungan Linda-David menjadi hubungan yang sangat harmonis.
Masalah SARA adalah masalah yang sangat sering terjadi dalam setiap kebudayaan, dan masalah SARA inilah yang sering menimbulkan perpecahan di setiap kebudayaan. Apabila kebudayaan, yang dalam hal ini suatu bangsa ingin menjadi besar, maka prasangka SARA harus dihilangkan atau paling tidak ditekan sekecil mungkin.
Profil Penulis:
Penulis adalah politisi senior asal kota Depok yang lahir 23 januari 1985..
Alamat facebook: https://www.facebook.com/ananda.syahendar